Selasa, 07 Juni 2016

Ujung Senja Hari Kedua Ramadhan

Patah, hancur lebur.
Argh!

Belum pintu kereta tertutup rapat. Langkah wanita itu malah terhenti.
Tepat didepan pintu kereta. Sang supir menaikkan alis dan mengangkat kepalanya sekilas. Bertanya. Wanita itu tetap diam terpaku di depan pintu kereta.

Kenek kereta kemudian maju dan bertanya, "Naek gak, Neng?"
Wanita itu tetap bergeming.
Kenek mulai emosi dan meminta supir tancap gas saja. Tapi agaknya pak supir tak sepakat dan masih menunggu. Ia belum menghidupkan kereta. Masih menunggu dengan sabar. Tak jauh berbeda dengan penumpang lain yang belum merasa terusik sebab, kereta belum berangkat.

Wanita itu tetap diam ditempat. Memandang lurus kepintu kereta. Hatinya gamang. Kakinya berat.
....

Senin, 23 Mei 2016

LKJS 2016

Ekspresimu, nak...
Menunjukkan kebanggaanmu yang mampu bersaing di tingkat Provinsi. Berlinang air matamu saat nama sekolah kita disebut. Tak lupa ucapan syukur mengalir dilidahmu. Alhamdulillah...
Sekolah kita memang sangat muda. Belum genap tiga tahun. Ibarat manusia, baru pandai mengucap empat lima kata.
Tetapi, kalian mampu menunjukkan kemampuan kita. Berkat keseriusan, berkat ketekunan. Kalian belajar mulai dari awal.
Tak pernah menyentuh laptop terlebih untuk mengoperasikannya. Tak paham mengoperasikan MS. Word apalagi adobe Photoshop. Tetapi berkat kemauan, kalian bisa.

Hadiah sajakah tujuan kita? Piala sajakah yang kita kejar?
Tidak nak, bukan karena itu gurumu mengajar. Bukan karena piala kita bekerja keras.
Tetapi krn gurumu ingin menanamkan kemampuan analisis tinggi sebagai jurnalis. Melihat fakta dengan nyata, membuka mata remaja yang selama ini ditutup. Membuka mata kalian atas kerusakan di tanah yang kita cinta. Membangkitkan intelektualitas kalian yang terpendam sebagai seorang pelajar.
Serta menjadi seseorang yang tangguh menghadapi kejamnya sistem.
Berani lawan arus jika arus itu salah.
Teruslah belajar, nak. Pelajari kehidupan ini untuk bekal mati nanti.

Pekanbaru, 21-5-2016

Jumat, 05 Februari 2016

Penggamang


Bagian 1
Siapalah yang rela dirinya memiliki sifat penggamang. Yang terus menjadi orang yang tidak mempunyai pegangan. Mudah terbawa arus, mudah terbawa angin. Dalam sekejap, ia yakin namun sedetik kemudian kembali gamang. Dialah si penggamang. Hidupnya terus menjadi follower. Sulit baginya menjadi pemimpin. Sebab ia mudah gamang atas apa yang telah ia pilih. Mudah terlepas dari prinsip, mudah melepaskan pegangan.
Kemana angin bertiup, disanalah debu menumpuk. Debu itu adalah si Penggamang yang hidupnya tak memiliki tujuan. Ia menumpuk bersama kawan temannya yang lain. Diantaranya, si pengingkar, si muka dua, juga si Pengecut dan Si Pemalas.
Bersama si Pengingkar, Penggamang mudah melepaskan janji. Bahkan janji pada diri sendiri. Ia mudah meninggalkan keyakinan sebelumnya serta sulit dipercaya. Bersama si Muka dua, Penggamang memiliki kepribadian ganda. Dengan mudah menjadi sosok yang baik, namun dapat berubah buruk dalam waktu yang tak terduga. Tergantung kondisi dan cuaca. Bersama si Pengecut, Si Penggamang sulit mengambil keputusan. Ia tak akan pernah mampu tampil didepan. Si penggamang terkadang bukan Si Bodoh. Namun, sering pura-pura bodoh. Ia tahu obat dari penyakitnya, namun karena ada si Pemalas di sisinya obat itu terbiar begitu saja dihadapannya. Tak mau mengambil resiko. Ia lebih memilih “jalan aman”. Penggamang memang tak akan mampu berdiri sendiri. Ia pasti akan berkelompok dengan temannya yang lain. Beronggok ditempat tertentu dan membuatnya terlihat hebat dan kuat. Nyatanya ia sangat rapuh. Si Penggamang adalah nyata, ada didalam kepribadian manusia lemah.