Rabu, 20 Juni 2018

Kapan Mati

Kalau sedang ujian. Pertanyaan ini yg paling serem bikin keringat dingin dan gugup diseluruh tubuh. Kapan Mati?

Pertanyaan senada semakin sering muncul di pikiran sy tiga tahun belakangan. Terutama setiap keluar dr rumah. Membawa kendaraan sepeda motor melaju ke perlintasan Sumatera keluar dari kota nyaris tiap Minggu. Melintas ke wilayah Kabupaten sebelah sendirian menempuh perjalanan 1-2 jam. Tiap melewati truk-truk besar yg membawa muatan berat. Tiap diri yg angkuh mengejar kendaraan lain dengan kecepatan tinggi. Dalam pikiran tak ada yg lain,
"Kalau tiba-tiba kecelakaan, bagaimana,". "Kalau nanti mati, bagaimana?" Pertanyaan serupa dan semisalnya seringkali muncul.

Bahkan gak jarang, menetes air mata begitu saja tatkala berkendara. "Kalau Allah menarik satu saja kenikmatanNya dariku, bagaimana?"

Sekali-kali, ketika mau tidur pertanyaan ini juga muncul. "Jika dalam tidur, nyawa ditarik, gimana ya?" Ada perasaan takut. Trus, nangis....

Pikiran semacam ini seringkali menghantui. Terkadang jadi lahan instrospeksi. Tapi, sering abai saja. Menangis begitu saja, tanpa ada langkah perubahan. Ah... Diri...

Betapa alpa meski selalu diingatkan Allah tentang mati..
Ah...

Hari ini, dapat tiga kabar duka. Lagi-lagi aku bertanya pada diri. "Matiku nanti, bagaimana?"
Apakah nanti aku menjadi bagian dr umat Rasul yg dirindukan Surga. Atau justru sebaliknya...
Ah... Netes lagi...
Terpikir lagi...

Kali ini, harus ada langkah perubahannya. Ingat bahwa nanti akan pergi. Ingat juga untuk persiapkan bekal yg matang.
Jangan cuma nangis.
Sementara tak ada perubahan berarti.
Harus berubah.


Tidak ada komentar: