Selasa, 17 Desember 2013

Hijab atau Alien

Saat Hijab dibalut Fashion
Hijab, dalam tahun 2012 hingga kini menjadi hal yang tidak asing bagi masyarakat umum. Semua mengenal hijab sebagai pakaian yang digunakan oleh muslimah atau wanita yang beragama Islam.

Namun, Perjalanan hijab kini semakin memprihatinkan. Hijab dijadikan sebagai komoditi fashion yang justru sama saja menjauhkan wanita dari melaksanakan syariat.

Berbagai Show diadakan untuk memperkenalkan hijab sebagai gaya trend masa kini dengan berbagai bentuknya yang 'katanya' tidak ketinggalan zaman. Dengan tampilan yang lebih fresh dan mengagumkan, Fashion menjadi andalan bagi perancang busana untuk memodifikasi pakaian wanita yang selama ini 'buka-bukaan' dan kini menjadi 'tutup-tutupan ala alien'.

Hal ini tentu sangat bertentangan dengan perintah Allah untuk wanita. Pakaian wanita keluar rumah bukanlah pakaian popularitas, yang justru semakin mengumbar kecantikan fisik dan tabarruj (berlebih-lebihan).

Hijab adalah pembatas bagi wanita dari pandangan syahwat para lelaki, yang semakin mendekatkan dirinya kepada Allah.

Hijab itu sederhana, cukup Jilbab (Pakaian yang menutup seluruh tubuh) dan Khimar (Kerudung yang menutup hingga dada). Hanya itulah modal yang harus dimiliki muslimah.

Hijab itu mudah, gak pake mahal dan gak pake ribet. Bersegera berhijab, hijab yang syar'i. Yang diperintahkan Allah, bukan yang mengikuti fashion.

Hijab itu sederhana dan gak nakutin.

Dua Ribu Intelektual Dunia Hadiri Konferensi Islam di Jakarta

Ribuan Intelektual Mengikuti JICMI
Lebih dari dua ribu intelektual dari berbagai negara di dunia menghadiri Konferensi Peradaban Islam yang diselenggarakan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) di Jakarta selama dua hari.

"Beberapa ilmuwan internasional yang hadir dalam acara ini adalah dari Aljazair, Malaysia, Libanon, Amerika Serikat, Inggris, Jepang dan Australia, selain dari Indonesia sendiri," kata juru bicara HTI, Ismail Yusanto di Jakarta, Ahad (15/12).

Dia mengatakan dalam konferensi bernama 'Jakarta International Conference of Muslim Intellectuals' tersebut panitia telah menerima 140 makalah ilmiah yang dikelompokkan dalam tujuh topik utama. Topik tersebut adalah perubahan politik global dan dampaknya pada negeri Muslim, tantangan tata kelola pemerintahan, tantangan ekonomi, kesehatan dan ketahanan pangan, manajemen energi dan sumber daya alam, perempuan dan keluarga, serta pendidikan dan iptek.

Konferensi tersebut mengangkat tema 'The end of capitalism and the prospect of Islamic civilization under Khilafah' atau 'Akhir kapitalisme dan masa depan peradaban Islam di bahwa naungan Khilafah". "Pada diskusi hari pertama, kita sepakat bahwa persoalan pada semua bidang tersebut bukan soal teknis semata, tapi terkait satu sama lain dan berakar pada pemisahan agama dari kehidupan sosial, politik dan ekonomi," kata Ismail.

Menurut dia, para intelektual meyakini bahwa Islam dengan perangkat hukumnya yang dinamakan syariat, merupakan solusi terbaik bagi persoalan-persoalan tersebut. "Dengan demikian harus ada integrasi penerapan syariat Islam dalam sistem Khilafah Islam," kata Ismail.

Dia menegaskan Khilafah berikut syariat Islam adalah gagasan ilmiah dan rasional, bukan emosional dan bersifat historis semata seperti yang dianggap oleh sebagian masyarakat selama ini. "Selama ini syariah dan Khilafah tidak pernah digali dan dikaji secara ilmiah, termasuk di Indonesia sebagai negeri Muslim terbesar. Sistem Islam selalu diidentikkan dengan studi Timur Tengah, padahal tidak ada keterkaitan antara ke dua hal ini," ujar Ismail.

Dia menambahkan konferensi ini mengelaborasi lebih lanjut persoalan dunia, terutama yang terjadi di negeri-negeri Muslim dengan memformulasikan solusi yang berasal dari pemikiran Islam sebagai sistem kehidupan yang global. Beberapa kegiatan lanjutan dari konferensi ini antara lain penerbitan kompilasi jurnal digital dan buku, serta road showke perguruan-perguruan tinggi. (REPUBLIKA.CO.ID)

Minggu, 01 Desember 2013

Remaja Tolak Seks Bebas




Sahabatku, Tepat tanggal 01 Desember 2013, Dunia memperingati hari AIDS, sekaligus memperingatkan masalah penyakit yang hingga kini belum ada obatnya. Pastinya udah tau dong! Tapi, teman-teman tau gak, kalau Kementrian Indonesia punya program  yang dikasi nama “Pekan Kondom Nasional”. Apa yang ada dibenak kawan-kawan mendengarnya? Yup, kembali lagi, Kemenkes mengeluarkan gebrakan rusak yaitu pembagian kondom gratis. Seiring dengan hal ini juga, Kemenkes dan komplotannya membagikan kondom pada pekerja seks serta pelanggannya, kaum muda, gay dan waria. Weww… Kegiatan ini katanya akan berlangsung selama 7 hari dengan mengunjungi kampus serta tempat nongkrong dengan menggunakan bus. Plus lagi, kegiatan ini akan dihibur oleh Julia Perez dan artis lain. Wahaa… udah kebayang gak, melesetnya agenda tersebut.
Dengan mengusung tema “Protect yourself, Protect Your Partner"  yang artinya gak jauh-jauh nih hubungan seks bukan sama istri nggak masalah asal pake kondom . Astaghfirullah! Padahal nih ya, kondom tidak mampu menangkal penularan virus HIV/AIDS. Pada Konferensi AIDS se-Dunia di Chiangmai, Thailand tahun 1995, diumumkan hasil penelitian ilmiah, bahwa kondom tidak dapat mencegah penularan HIV/AIDS. Fakta lain lagi nih, Kondom juga tidak ampuh menangkal penyakit lainnya. Dr. Ricki Pollycove, pakar kesehatan dari California Pacific Medical Center San Francisco, mengatakan bahwa didapatkan sejumlah temuan, kondom tidak bisa mencegah penyakit herpes. Sejumlah orang tetap terinfeksi herpes meski mereka sudah menggunakan kondom dengan benar (sfgate.com, 21/1/2013). Yang jelas nih ya, kampanye kondom gratis ini malah menyuburkan tingkat seks bebas disemua kalangan.
Yang jelas nih, Program kondomisasi hakikatnya membebek pada pola Barat, seperti AS. Penangannya dengan formula ABC. Yaitu A (Abstinensia), tidak berhubungan seks sebelum menikah. B (Be faithful), hanya berhubungan seks dengan pasangannya saja. C (Condom), jika memang cara A dan B tidak bisa dipatuhi maka harus digunakan kondom. Wahh… bakal jadi bahaya besar jika tersebar di Indonesia, semakin merusak bangsa.

Tolak Seks Bebas, Tolak Kondomisasi
Jelas banget nih kawan, program ini akan menghancurkan generasi kita. Bayangkan, remaja akan berpikir, “Wah, aman donk kalo ngeseks bebas, kan ada kondom” wadoh, udah dosa gak ketulungan, melawan Allah lagi. Jangan ya boy, girl! Jangan sia-siakan hidup yang sementara ini untuk melakukan hal yang bodoh! Teman-teman kita udah banyak menjadi korban kebatilan sistem sekarang ini. Tahun 2008 saja Komisi Perlindungan Anak Indonesia sudah merilis data anak SMP 62.7% kehilangan keperawanan. (Tepok Jidad) Ya Allah, apa yang akan terjadi pada masa depan nanti?
Kawan-kawan seperjuangan, Islam hanya membenarkan hubungan seks dengan suami/isteri yang sah. Inilah perilaku seks yang aman. Perilaku seks yang aman adalah menjauhi seks bebas. Safe sex is no free sex. Mungkinkah akan berjangkit penyakit kelamin, kehamilan di luar nikah dan aborsi akibat hamil di luar nikah, bila zina tidak dibiarkan? Pastinya tidak.
Seandainya masyarakat hidup dalam tatanan sosial yang benar; pria dan wanita tidak bercampur dan tidak bergaul bebas, saling menghormati, free-sex dianggap sebagai penyakit sosial, niscaya masyarakat akan hidup tenang. Berbagai penyakit menular seksual juga tidak akan mewabah.
Namun bila tatanan sosial sudah rusak, dimana pria dan wanita dibiarkan bergaul bebas tanpa batas, perzinahan dianggap perkara lumrah, maka berbagai bencana penyakit akan melanda. Nabi saw. bersabda:
«…لَمْ تَظْهَرِ الْفَاحِشَةُ فِى قَوْمٍ قَطُّ حَتَّى يُعْلِنُوا بِهَا إِلاَّ فَشَا فِيهِمُ الطَّاعُونُ وَالأَوْجَاعُ الَّتِى لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِى أَسْلاَفِهِمُ…»
“…Tidaklah tampak perzinaan pada suatu kaum sehingga mereka berani terang-terangan melakukannya, melainkan akanmenyebar di tengah mereka penyakit tha’un dan penyakit-penyakit yang belum pernah menimpa umat-umat yang telah lalu…” (HR. Ibnu Majah, al-Hakim, al-Baihaqi)
Karena itu, seharusnya yang dilakukan adalah tindakan pencegahan (preventif) atas perilaku seks bebas dan tindakan kuratif untuk memberantas yang sudah ada. Karena seks bebas itulah akar masalah dari penyebaran berbagai penyakit kelamin. Semua itu hanya bisa dilakukan secara sistematis melalui penerapan sistem Islam dengan syariahnya.
Islam mewajibkan negara menanamkan keimanan dan membina ketakwaan dan rasa takut terhadap azab Allah dalam diri masyarakat. Kepada masyarakat harus ditanamkan kejinya perbuatan zina dan besarnya azab Allah kepada para pelakunya (QS al-Isra’ [17]: 32). Juga harus dipahamkan, zina dan seks bebas merusak tatanan masyarakat dan menghancurkan nilai-nilai keluarga.
Preventif dilakukan secara sistematis dan multi dimensi. Faktor ekonomi diselesaikan melalui Sitem Ekonomi Islam yang mendistribusikan kekayaan secara adil dan merata. Sistem pendidikan berbasis akidah Islamiyah membentuk pribadi Islami. Sistem pergaulan Islam menjauhkan faktor-faktor pemicu ke arah pergaulan bebas. Rasa keadilan terutama bagi korban kejahatan seksual dijamin melalui Sistem Uqubat Islam. Pintu pernikahan pun dipermudah termasuk bagi kaum muda. Pendek kata, penerapan sistem Islam akan sanggup meminimalkan seminimal mungkin faktor penyebab seks bebas.
Yup, Emang Cuma sistem Islam sajalah yang bisa menyelamatkan masyarakat dari seks bebas dan berbagai akibatnya diantaranya penyakit menular termasuk HIV/AIDS.

Peran Kita
Trus, apa peran kita sebagai pemuda menanggapi hal ini? Yuk, catet…
1.       Jauhi yang namanya pergaulan bebas. Pergaulan laki-laki dan perempuan ada batasnya ya teman-teman.
2.       Jaga pandangan! Berhati-hati dalam segala sikap dan perbuatan.
3.       Sadarkan teman-teman yang lain. Dakwah donk, biar keren!
4.       Tolak rame-rame Kampanye Sesat dari Nafisah Mboi ini. Soale, ini uda tahun ke-2 lho, bagi-bagi kondom gratisnya.. UapHaa??? Yuk, dalam BBMannya, FB, and Twittnya bahas #TolakFreeSeks and #TolakPekanKondomNasional. Kita tendang Nafisah Mboi dari kursi jabatannya. Ngawur sih!
5.       Ikutan Kajian Islam biar semakin smart dalam menghadapi problematika kekinian. ROHIS tuh, rohisss (Promosii) Penting lho


dawat. dari berbagai sumber

Jumat, 22 November 2013

Kajian Anak Sholeh dan Sholeha












Kembali bersua mengasah otak dan pikiran

Setelah lama tak muncul di dunia ini, ku kembali bersama status yang tlah berubah. Eh, Eh, sya masih sendiri,,, Status nama yang telah tambah jadi S.Pd
Namun, hampa rasanya ketika menyadari, target awal kuliah ku yang begitu tinggi...
Yang benar-benar ku lupakan selama kuliah
Yang timbulnya sebentar saja
Yang tenggelamnya terlalu lama

Menjadi penulis, yang memiliki karya yang akan dibaca oleh banyak orang.
Menjadi penulis, yang namaku dikenal di seantreo Indonesia

Seperti penulis yang aku kagumi sejak SMP, Sejak aku baru mengenal dunia buku...
Asma Nadia dan Pipit Senja...

Setelah kuliah yang disibukkan dengan segala aktifitas
tidur, makan, mandi, kuliah, tidur, makan #EH!

Ah...
Kini ku ingin mengasah dengan serius kecepatan berpikir otakku dan melatih 6 jemariku agar bisa melompat cepat diatas keyboard

Terlebih ketika menyadari betapa hebatnya seorang penulis yang mampu mempengaruhi pemikiran-pemikiran orang yang membacanya.

Aku inginkan itu, menjadi orang yang bisa mengubah paradigma masyarakat dari yang bathil menjadi Haq...

Jazakumullah, buat musyrifahku yang luar biasa, memaksaku untuk menulis, meski akhirnya tak ada yang kutulis.

Tekad yang selama ini hanya tekad, semoga bisa segera menjadi kenyataan. Yang ku laksanakan aktifitas tersebut, setiap hari.


Jumat, 06 September 2013

Tolak Miss World dan Ajang yang Sejalan dengannya

Tak ada alasan untuk menerima Miss World. Baik itu di Indonesia, maupun di belahan bumi lainnya. Kita sebagai umat Muslim di Indonesia sudah selayaknya untuk satu suara menolak Miss World dan ajang yang sejalan dengannya.




Meramaikan #Tolak Miss World...
Kami wanita Indonesia tidak Setuju dengan pelaksanaan Miss-missan di Indonesia!

Rabu, 19 Juni 2013

Adian Husaini : Kemi Cinta Kebebasan Yang Tersesat (Sebuah Resensi)




          Bebas, satu kata yang sudah langsung diketahui maknanya. Bahasanya umum dan mudah dipahami. Bebas, satu kata yang bisa membuat manusia bahagia, namun, tak sedikit yang tertipu. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Bebas adalah lepas sama sekali (tidak terhubung, tidak terganggu, dsb) sehingga dapat bergerak, berbicara, berbuat dsb dengan leluasa. Bisa dikatakan bebas yang dimaksud disini adalah keinginan seseorang yang tidak terbelenggu atau tidak dibatasi dengan sesuatu apapun. Makna dari kebebasan inilah yang hendak dikupas oleh penulis novel fenomenal Kemi; Cinta Kebebasan Yang Tersesat.

            
      Berlatar belakang maraknya buku yang mengatas namakan kebebasan namun menepis sama sekali batasan-batasan yang harus dipatuhi, Adian Husaini berusaha mengemas karyanya untuk menjelaskan seperti apa sebenarnya bebas tanpa batas itu. Adian menunjukkan kepeduliannya terhadap dunia pendidikan Islam, khususnya pesantren yang secara terang-terangan di serbu oleh gelombang liberalisasi. (Husaini, 2011: 316).
            Penerimaan novel ini sangat bagus di tengah masyarakat. Terbukti dari respon pembaca lewat media sosial juga terlihat dari jumlah cetak ulang yang menembus empat kali cetak dalam waktu tujuh bulan (Husaini, 2011). 
          Saran bacaan buat teman-teman "Kemi; Cinta Kebebasan Yang Tersesat" udah ada edisi duanya.

Minggu, 17 Maret 2013

Curhatan ala dawat #2


Mata dawat basah. Bukan karena habis mandi hujan. Tetapi karena baru di sambar gledek. (harusnya angus donk?) Pacarnya, Dose tidak lagi pernah menghubunginya sejak ia menyakatan ingin putus dengannya.  Dose…Dose… Where are you? Tanya hati dawat

Mata dawat semakin berkuah-kuah setelah tiga hari belum juga di hubungi oleh Dose. Belum genap satu minggu kehancuran hubungannya dengan Dose. Dawat merasa belum siap seratus persen tetapi kenapa Dose seolah tidak ada beban begitu? Apakah karena ia memang tidak lagi memiliki perasaan terhadap dawat?

Hati dawat semakin cetar cetir membahana terpampang nyata diwajahnya membuat Lia, karib terdekatnya sebel. Ia sudah tau jelas masalah yang menimpa sahabatnya yang satu ini. Merindukan suasana pacaran. Dan dawat belum ikhlas seratus persen untuk meninggalkan sang kekasih untuk selama-lamanya (emang mati?)

Lia memutar otak untuk menyelesaikan polemik yang menimpa dawat. Berbagai cara ia tempuh. Mulai membawa sahabatnya rekreasi ke kebun binatang, kebun tumbuhan sampe kebun pak ErTe. Tetapi belum juga menyelesaikan masalah yang timbul di wajah dawat. Dengan keputusan berat, akhirnya Lia membawa Dawat ke psikiater yang bermukim tidak jauh dari tempat duduk dawat. Tepat berada tiga bangku di belakang bangku dawat.

“Ada masalah apa yang bisa saya bantu?” Tanya Vhe yang ngakunya sebagai psikiater Profeisonal di kelas X1.
“Teman saya baru putus dari pacarnya dan perlu solusi untuk selesai dari masalah ini.” Jawab Lia.
“Hm, ini masalah berat. Perlu penanganan khusus.” Vhe tampak begitu serius.
“Berapapun akan saya bayar. Tenang aja. Apa saja akan saya berikan”
“Bayaran saya nanti es krim vanilla, oke?” Tanya Vhe meminta kesepakatan, Lia mengangguk setuju.
Vhe kemudian mengeluarkan beberapa peralatan perawatan pasien. Sebuah senter berwarna perak cukup besar dengan dua batrai yang juga besar-besar. Pemeriksa denyut nadi. Sebuah pena dan buku catatan. Vhe memulai aksinya. Ia memeriksa bagian mata pasien dengan senter. Dawat protes.
“Silau eui! Senter sebesar gajah gitu di sorot ke mata ku? Becanda aja nih orang.” Kata dawat sebel. Tetapi Vhe tampak tenang saja. Ia melanjutkan aksinya dengan memasang alat pengukur denyut nadi ke lengan dawat. Awalnya dawat diam saja. Namun, setelah sepuluh menit kemudian dawat protes.
“Lho, kok gak kerasa padet ditangan sih? Jangan-jangan rusak ya?”
“Emang” jawab Vhe enteng.  Dawat emang tambah sebel. Ke-sebel-an nya udah sampai pada puncak ubun-ubun.
“Oke, saya sudah dapatkan kesimpulan” Vhe tampak sibuk menulis kemudian memberikan kertas yang ia tulis tadi kepada Lia. “Nanti anda ikuti petunjuk dari saya, insyaallah dalam satu minggu penyakit teman anda akan hilang”.
Lia dengan senang hati menerima surat resep itu. Syukur tulisannya masih bisa dibaca, tidak seperti tulisan dokter. “Baiklah kita akan mulai” Lia mengangkat tangannya dengan semangat.
Dawat merebut catatan dari Vhe dari tangan Lia. Berikut catatan dari Vhe yang ia baca :
1.       Apakah keputusan untuk putus sudah tepat? Jika belum yakin, coba jalan-jalan ke tempat yang pernah kamu kunjungi berdua. Jika kamu masih merindukannya, berarti kamu masih butuh dia.
2.       Apakah keputusan untuk putus sudah tepat? Jika belum yakin, coba lihat lagi barang-barang pemberiannya. Jika kamu kembali teringat padanya, berarti kamu masih sayang dia.
3.       Apakah keputusan untuk putus sudah tepat? Jika belum yakin, coba ingat-ingat lagi kebaikan yang pernah ia berikan pada kamu. Perhatian dan waktu khusus yang ia berikan padamu. Jika kamu teringat segala kebaikan, perhatian darinya, itu artinya keputusan yang kamu ambil ini salah total. 
4.       Kamu kesal karena setelah kamu putuskan dia tidak respon? Itu artinya dia marah besar pada keputusanmu. Apakah kamu tega, setelah dia memberikan saat-saat terbaik untukmu tetapi kamu sia-siakan? Coba pikirkan baik-baik. Putus dari dia bukanlah keputusan yang tepat.
Tertanda psikiater cinta; Vhe! :D
Dawat protes. Kok jadi begitu obatnya sih? Dawat makin bingung. Lia meraih kertas tersebut dari tangan  dawat.
“Kita coba dulu, mana tau berhasil” kata Lia dengan penuh semangat.
Bagaimana kelanjutan kisah dawat? Apakah solusi tersebut bisa menyelesaikan masalah dawat? Bagi sahabat-sahabat dawat yang belum mantab menentukan pilihan, tunggu curhatan ala dawat #3 ya..

Senin, 11 Maret 2013

Hantu Korea


”Kya…!” Lagi-lagi Lusi berteriak histeris.” Kau punya poster Jang Geun Suk? Dari mana kau dapat?”
“Dari tabloid xxx ini, tiap edisi ada poster artis koreanya! Keren kan? Dapat poster yang gedenya lagi! ” Jawab Neni tak kalah heboh.
”Wa,,, curang kau tak ajak-ajak aku. Kau beli di mana? Aku mau juga, nanti aku tempel di kamar”.
“Ada di emperan seberang tu, kayaknya udah abis deh, diserbu ama anak SMA.  Sori, Ci. Bukan maksudku melupakan dirimu, tetapi apalah daya, diriku saja semalam harus berjuang mendapatkan poster ini melawan anak SMP 1.”
“Tapi, aku mau Jang Geun Suk…” Rengek Lusi lagi sambil mencium poster di tangannya.
“Jangan kuat-kuat ntar rusak posternya”
Popi yang baru melihat pemandangan itu tidak lagi terkejut. Sudah biasa ia melihat teman-temannya yang histeris tidak jelas. Padahal yang dipuja-puja orangnya nun jauh disana. Eh, malah yang disini kecentilannya minta ampun.
“Otak-otak lu konslet ya? Realistis dikit lah!” kata Popi sedikit kesal. Hampir tiap hari saat istirahat dan mengumpul dengan teman-temannya, topiknya tidak jauh-jauh dari film dan boy bandnya Korea.
“Kenapa? Popi iri? Liat aku punya poster besar Jang Geun Suk?” kata Neni menggoda, padahal ia tahu selera temannya yang satu ini. Bagi Neni level Popi masih jauh dibawahnya. Habis gak punya . Di hati Neni, Korea numero uno!
“Kau sih gak pernah nonton filmnya! Coba aja liat di tipi atu-atu* yang sore sekaliii aja, nonton ampe abis. Dari sana, kau bakalan kesengsem dengan filmnya! Geun Suk paling keren deh!” kata Luci sambil mengacungkan jempolnya. Popi tak lagi menanggapi, Cape deh!
***
Hari ini Popi pulang lebih cepat. Sampai dirumah ia ingin berleha-leha dulu dengan nonton. Tapi, baru saja ia memegang remote adiknya langsung merampas.
“Caca! Gak sopan ah! Kakak baru mau nonton!” kata Popi marah.
“Kakak cuci piring dulu” jawab Caca, meski baru berumur 7 tahun. Dalam pikiran Popi, adiknya ini makin cerdas. Tau aja cara menyingkirkan kakaknya, Huh! Tapi, kali ini Popi gak mau kalah. Ia rebut lagi remot tipi itu. Sambil mengejek Caca. “Anak kecil gak boleh nonton. Nanti otaknya rusak.”
Caca tak mau kalah. Ia pun memasang jurus jitu mengusir kakaknya dari depan tipi. “Ehm, ehm, (ceritanya lagi persiapkan tenggorokan dulu, kemudian…) MAMAAAAAAA,,, KAKAKKK NDAK MAU CUCII PIRIIIIING” Suara Cici membuat Popi benar-benar terkejut. Suara adiknya tidak hanya memenuhi ruangan, tapi sampai kekampung sebelah! Waduh!
Mata Popi melotot membuat Caca takut. Tapi, sebelum Popi memukul Caca, suara mama keburu keluar dari dapur. “Popiiii,,,” huftt… tak terelakkan lagi, Popi pun beranjak kebelakang. Caca yang merasa memenangkan pertarungan berlonjak kegirangan. Diputarnya ke chanel yang tak biasa ia tonton. Serial drama Korea. Gubrak!
Popi hanya terkejut-kejut saat membereskan dapur mendengar tawa Caca dan mama. Yah, mama ikutan pula! Tapi, suara mama dan Caca membuatnya penasaran, cepat-cepat ia membereskan pekerjaannya. Setelah itu…
Popi ikutan nimbrung menonton film Korea. gak apa-apa lah. Penasaran aja kenapa orang-orang malah suka film ini, bisik hati Popi.
***
Popi mulai tertarik dengan fenomena ini. Secara, di Indonesia yang tontonannya yang tidak bisa diharapkan nilai mendidiknya, untuk menghibur saja masih nol, yah nol koma sekian lah (karena masih ada juga yang mengusung nilai pendidikan). Cerita, alur mudah ditebak, kalau nonton yang sinetron aja, yang jahat, kebangetan jahatnya. Kalau yang baik, kebangetan juga baiknya (atau hamper-hampir tolol?). Serius, karena ketololan tokoh protagonis ini yang membuat rating sinetron itu bagus.
Atau, ketika melihat film Indonesia selain sinetron (film sekali habis, atau film teenlit atau apalah). Isinya cinto tapai! Ih, gemes! Atau lagi, nonton film bersambung yang tokoh-tokohnya bisa terbang, pakai baju ala kerajaan antah berantah, yang judulnya versi 2012. Gubrak lagi deh!
Apa bisa dikatakan wajar, Selera konsumen per-filem-an menatap ke Korea? yang butuh nuansa bening (hah? Kayak lagu Vidi Aldiano). Wiih, kalau liat tokoh-tokoh korea tuh ya, emang pada bening-bening! Wajahnya dikasi sempurna. Udah putih, tingginya pas, hidung, dagu, mata, wedeuuuu,,, gak heran Lusi dan Neni segitu hebohnya.
Selesai menonton film korea, adik Popi tampak tak puas, karena ceritanya masih menggantung. Filem Cina yang tokohnya jelek-jelek sama sekali tak menarik hati Caca. Ia malah berlari keluar, bermain dengan teman-temannya.
“Cacaaaa,,, mandi duluuuu…”teriak mama kencang.
***
Film isi ulang (suara= terjemahan) makin marak. Caca makin heboh, terlebih-lebih dua sahabatnya Lusi dan Neni plus Mamah. Wadau, tapi sepertinya Popi juga terkena virusnya korea. Buktinya, Popi kini tertarik mencari informasi tentang artis-artis ternama Korea. Menyaksikan gosip-gosip, berita hingga keseharian mereka. Mulai dari majalah, televisi, hingga men-search sendiri di mbah Gugel.
Ya Allah, cing, ternyata ngeri banget! Gak jauh-jauh dari gaya hidup bebas ala barat! Ya iya lah, lha mereka gak punya standar benar dan salah yang jelas. Aduh, yang gini nih tontonan anak Indonesia? Yang cowok dan cewek bergaul sesukanya. Cupika-cupiki hingga kiss (iiih) udah budayanya. Perempuan hidup dirumah laki-laki biasa aja. Padahal gak mahram… MBA udah biasa, malah didukung oleh keluarga besar… Aaargh! ngeliat ini Popi jadi galau. Tambah galau karena adik kesayangannya juga konsumen tontonan haram. Ini gak bisa dibiarkan! Pikir Popi dalam hati.

***
“Mul Gwishin?”
“Ya, tau gak? Dia cewek keren. Cantik dan menarik. Sebagai pecinta korea masak gak kenal dengan Mul Gwishin? Meski berita tentangnya gak sampai ke Indonesia, tapi cerita hidupnya cukup heboh lho! Ada juga kok posternya di tabloid XXX”.
“Gak, certain donk!” Pinta Caca dan Lusi berbarengan. Popi pun siap bercerita, Caca, Neni dan Lusi pun bersiap mendengar cerita Popi.
“Mul Gwishin, lahir sebagai anak haram yang ditinggalkan orang tuanya. Ia besar dalam kesulitan. Selalu disiksa oleh nenek tempat ia menumpang. Singkat cerita ia tumbuh sebagai gadis yang punya talenta yang bagus menyanyi dan menari. Tetapi, ia punya wajah yang tidak mendukungnya untuk menjadi orang yang terkenal. Ia memutuskan untuk operasi plastic, dengan melakukan peminjaman ke bank dengan jaminan harta nenek tempatnya meninggal. Ia mencuri beberapa surat menyurat nenek dan memalsukannya. Ia melakukan apapun untuk meraih impiannya, menjadi orang yang terkenal dan kaya.” Ditengah cerita Popi berhenti sejenak. Memperhatikan adik, dan teman-temannya yang masih serius mendengar.
”Tapi, menjadi artis di korea tidaklah mudah. Harus ada perjuangan. Berlatih vocal, koreografi, hingga mempercantik diri. Perjuangan keras ia lalui. Ditengah perjuangannya, nenek Shin, nenek tempat dia tinggal sadar. Bahwa hartanya telah digadaikan oleh gadis itu. Nenek Shin marah. Dia mengumumkan kecurangan  Mul Gwishin pada media. Padahal saat itu nama Gwishin mulai dikenal orang banyak.”
“Iii, kasihan” wajah Caca pucat, Caca mengakui, mendengar cerita dari kakaknya lebih menyenangkan dari pada nonton langsung.
“Ssst” Neni menyuruh anak kecil itu diam. Popi melanjutkan.
“Gwishin semakin stres dengan cobaan yang menimpanya. Pria-pria kaya yang menjadi targetnya malah menjauh. Operasi plastik yang ia jalani belum sepenuhnya selesai. Harus ada proses yang dijalani. Sedangkan manajemen tempatnya latihan vocal dan koreografi selama ini memutuskan hubungan kerja dengannya. Hutangnya menumpuk. Dan akhirnya…” Popi diam sejenak. Kembali memperhatikan wajah-wajah dihadapannya.
“Gadis itu bunuh diri!” Caca terkejut. “Ia terjun  ke laut dan tak ada yang menemukannya. Ia merasa nantinya ia akan kembali ber-rengkarnasi. Ia akan hidup sebagai orang baru di dunia, karena kesialan hidupnya kini”
“Lho, kok bisa gitu Ca? Mana ada orang hidup ke dunia setelah mati?” Tanya Lusi
“Ya, itulah kepercayaan mereka, Ci. Lebih dari 50 persen orang korea gak percaya Tuhan. Gak enak hidup, langsung bunuh diri. Pas Popi search ke mbah gugel, ternyata tingkat bunuh diri orang korea cukup tinggi, gak jauh beda dengan orang Jepang lho!”
“Emangnya mereka pikir, mati itu enak apa?” Kali ini Caca bersuara. “Emangnya manusia itu barang daur ulang? Pake hidup setelah mati…”
Popi cukup terkejut mendengar pernyataan adiknya. Waw, makin pinter adikku. Bisiknya dalam hati.
“Ya, kita juga harus menghargai kepercayaan mereka donk. Mereka udah percaya turun menurun kaya gitu mau gimana? Kita kan sudah punya kepercayaan yang benar”
“Justru itulah bahayanya, Nen. Kita sudah mengimani Islam, masak mau aja nerima hal-hal yang bertentangan dengan Islam… Gak banget donk! Bisa-bisa menjurus sebagai orang kafir lho, mau?”
“Kan gak semua, Pop.” Lusi gak terima pernyataan Popi.
“Artis Korea yang operasi plastik udah rahasia umum kali! Lusi taukan Islam melarang hal itu, gak usah….” Belum selesai Popi berbicara, Lusi memotong. “Yang penting Jang Geun Suk nggak” Sepertinya Lusi mulai kesal.
“Siapa bilang? Dia juga gak terlepas dari operasi plastik loh”
“Eh, gak boleh ngegosipin orang Pop! Gibah tu dosa.” Kata Lusi lagi. Udah salah, pake dalil lagi. Pikir Popi dalam hati.
Tapi, kemudian Lusi membaringkan tubuhnya, menandakan tak mau lagi bicara. Dalam hati Popi ada rasa tidak enak, tapi untuk kebenaran mengapa tidak?
“Terus, Caca gak boleh nonton lagi nih?” Tanya Caca polos. Popi mengacak-acak rambut adiknya, seraya tersenyum. “Cukuplah, Rasulullah sebagai idola kita dek, dari para sahabat serta sahabiyah, darinyalah kita bisa banyak belajar”.
Neni tampak diam. Gak tau deh, apa dia nerima atau tidak.
Mungkin angin malam tersenyum untuk Popi. Langkah  yang bagus untuk menyadarkan betapa berbahayanya budaya asing jika tidak melalui penyaringan yang ketat. Entah itu dari barat maupun timur.  Ah, memang seharusnya ada kontrol dari pemerintahan kita. Apa sih kerjaan komisi penyiaran Indonesia sedangkan masih banyak tayangan tak patut dipertontonkan. Siaran berbau pornografi juga sangat mudah dikonsumsi anak sekecil Caca. Yang jelas, akan lebih terjaga akidah dan akhlak anak muda Indonesia jika pemerintahnya mau serius menjaga akidah rakyatnya. Kapaan,ya?
***
Mul Gwishin = Salah satu hantu ala korea.




Keputusan


“Kualitas sarjana jelas lebih baik dibandingkan dengan kami anak kampung yang putus sekolah”. kata Ntan setengah berteriak.
            Aku tetap berjalan tanpa memperdulikan perkataan Ntan. Setengah berlari ku tinggalkan pelabuhan Sri Datuk Laksmana yang mempertemukan aku dengan Ntan. Ku remas surat yang tadinya hendak aku berikan pada Ntan. Langkahku semakin berat untuk meninggalkan sosok yang dulu sangat mendukungku. Ntan, mengapa kau memilih jalan ini?
            ***
Apelah awak ni, aku bukan tak nak belajar di kota, masalahnye adik aku masih kecik-kecik. Tak mungkinlah aku tinggalkan ”. Ucapku tegas pada Ntan.
Tampaknya Ntan tak dapat memaksaku untuk melanjutkan sekolah. Sekali ini ia benar-benar putus asa. Aku sangat memahami keinginannya yang kuat melanjutkan kuliah di kota. Dan lebih paham diriku betapa keinginannya agar kami sukses bersama-sama. Tapi, sungguh aku tak bisa. Lebih baik aku bekarja mencari nafkah untuk adik-adik ku yang masih sekolah. Ini adalah keputusan akhir yang sudah tiga bulan belakangan aku pikirkan.
Ntan tidak meminum air yang telah ku buatkan untuknya. Tanpa pamit, ia beranjak meninggalkan rumahku. Dari balik jendela, ku lihat ia menyalami mak dan kemudian pergi meninggalkan halaman rumah. Maaf Ntan, harusnya kau paham keadaanku.
***
Rezeki itu dari Allah, dek. Kita tidak tahu apa yang akan menimpa kita nanti, hal itu berada diluar jangkauan manusia. Kita sadari, kan bahwa kita hanyalah makhluk yang lemah, terbatas dan membutuhkan sesuatu yang tidak terbatas, tidak lemah dan tidak membutuhkan yang lain”
Masih terkenang dikalbuku, Itensif pertamaku di kampus. Sungguh, rahasia Allah siapa yang tahu. Dulu sangat tergambar dibenakku, bagaimana aku harus mencari rezeki untuk keluarga. Entah kerja di ruko koko, atau bahkan harus menoreh getah seperti mak. Namun, ternyata Allah telah berkata lain. Allah menyuruh aku untuk menimba ilmu di Kota Bertuah ini agar nantinya aku bisa mengubah keadaan keluarga dan masyarakatku.
Sekali-kali aku berkirim pesan singkat untuk Ntan.  Bahwa di kota Pekanbaru ini, aku benar-benar mendapatkan pencerahan. Sangat berbeda  dengan di kampung. Sungguh aku berterimakasih padamu, Ntan. Kau telah memaksaku kuliah. Karena kau juga aku menerima penawaran Pak Kades untuk kuliah dikota.
Hari-hari yang ku lewati membuat aku semakin mengerti apa yang sedang dihadapi. Sungguh, dulu aku tidak menyadari fakta yang ku hadapi. Mengapa pendidikan begitu sulit? Tak hanya untuk aku dan Ntan, tapi juga bagi orang-orang yang sulit dalam hal keuangan macam kita.
***
“Ntan seperti ini bukan karena Ntan sedang sial. Bukan karena Allah membenci Ntan. Tapi, memang cobaan Allah. Bagaimana Ntan bisa menghadapinya. Apakah dengan cobaan itu Ntan jadi lupa pada Allah, ataukah dengan cobaan ini Ntan semakin dekat padaNya”.
“Ti, aku tahu itu.  Tapi, aku benar-benar sibuk. Kalau aku tidak profesional dalam pekerjaan ini, aku akan dipecat. Kau tahukan, aku butuh uang. Tak mungkin aku menunggu uang yang turun dari langit. Tak akan mungkin, Ti!. Aku juga bukanlah orang berpendidikan seperti dirimu. Aku tak punya gelar dan ijazah untuk bisa melamar kerja di kantor-kantor.” bantah Ntan keras.
“Tapi, Ntan pilihan hidupmu telah salah. Kau terlalu jauh melangkah. Kau tahu ini akan menjerumuskanmu pada perbuatan dosa. Ini bukan main-main, Ntan”.
“Aku bukan pelacur, Ti!” ucap Ntan marah. “Aku hanya melayani orang yang mau makan di sini.”
“Tapi, Ntan...”
“Aku masih sholat, Ti”. Ucap Ntan meyakinkanku
“Seharusnya jika kau masih sholat, kau tidak akan buka auratmu. Kau tidak akan berinteraksi dengan pria-pria kesepian itu. Sungguh, jika kau terus kerja disini, kau bisa merusak nama keluargamu. Ingat, Ntan kita orang melayu, pantang melanggar aturan agama!”.
“Aku bukan anak kecil yang bisa kau atur-atur, Ti!”. Ucap Ntan berlalu.
 Sudah sekian kalinya kami bertengkar, pertengkaran yang kesekian kalinya setelah ia memaksaku untuk kuliah. Air mataku bercucuran tak terbendung lagi. Menyesali keputusan Ntan. Bekal pendidikan di pesantren di kampung dulu sama sekali tidak membekas di benak Ntan.
***
Ntan, pendidikan bukanlah untuk mencari uang. Bukan untuk duduk di kursi goyang. Tidak! Memang, pikiran kita sebelumnya telah ter-mahfumakan sekolah untuk mencari uang. Kuliah untuk mengejar gelar, meraih pangkat dan pekerjaan. Karena itu telah ditanamkan dalam pikiran kita. Pendidikan hanya sekedar sebagai persinggahan wajib sebelum kerja. Yang akhirnya berpengaruh pada kualitas pendidikan itu sendiri. Kualitas pendidikan yang dihasilkan jauh dari harapan. Standar mereka hanyalah pada materi. Tidak peduli mereka peroleh dengan cara benar atau pun tidak.
Kau tahu tidak, Ntan, banyak yang seharusnya kau perbuat dikampung kita. Kau harus sadar, betapa besar sumber daya alam di kampung kita? Jangan kau berpikir seperti para sarjana hasil universitas matre yang pontang panting mencari lowongan kerja. Yang berusaha menjadi karyawan di PT ini dan itu. Dan jangan pula kau berpikir seperti para sarjana gampangan, yang akhirnya melakukan pekerja haram demi uang...
Ku baca sekali lagi surat yang hendak ku berikan pada Ntan. Besok aku akan berjumpa dengannya di pelabuhan Bengkalis. Sungguh aku berharap ia bisa berubah.
***
“Aku ada berita gembira!” Ucap Ntan padaku saat menyambutku di Pelabuhan Sri Datuk Leksmana. Dia tampak berbeda setelah dua tahun tak berjumpa. Berat badannya jelas tambah naik. Wajahnya disapu dengan make up sederhana. Pakaiannya menunjukkan penghidupannya telah baik.
“Ape?” kataku penuh tanya.
“Aku akan nikah dengan Datuk Ramli. Akhirnya dia mau menikahi aku”. Ucap Ntan bahagia.
“Kau memaksa untuk menikah dengannya?” tanyaku terkejut.
 “Alah, biaselah aku dah hamil. Cemane die nak mengelak”. Ujar Ntan biasa bahkan diiringi dengan tawa kecilnya. Perkataan Ntan membuat aku tersentak. Seperti jatuh dari ketinggian dan terhempas di bebatuan keras. Mengapa Ntan? Air mataku mengalir.
“Mengapa kau menangis? Kau tahukan, aku bukanlah orang berpendidikan, aku butuh uang. Wajar jika aku harus menggaet pria kaya....”
Perkataan Ntan tak lagi kudengar. Sungguh, kehidupan kampung kini tak jauh berbeda kerasnya dengan kehidupan kota. Pengaruh kebebasan bahkan telah merasuk hingga kampung halamanku. Semua demi materi dan materi.
.........
Diperlombakan pada tanggal 15 Maret 2012