Mata
dawat basah. Bukan karena habis mandi hujan. Tetapi karena baru di sambar
gledek. (harusnya angus donk?) Pacarnya, Dose tidak lagi pernah menghubunginya
sejak ia menyakatan ingin putus dengannya.
Dose…Dose… Where are you? Tanya hati dawat
Mata
dawat semakin berkuah-kuah setelah tiga hari belum juga di hubungi oleh Dose.
Belum genap satu minggu kehancuran hubungannya dengan Dose. Dawat merasa belum
siap seratus persen tetapi kenapa Dose seolah tidak ada beban begitu? Apakah
karena ia memang tidak lagi memiliki perasaan terhadap dawat?
Hati
dawat semakin cetar cetir membahana terpampang nyata diwajahnya membuat Lia,
karib terdekatnya sebel. Ia sudah tau jelas masalah yang menimpa sahabatnya
yang satu ini. Merindukan suasana pacaran. Dan dawat belum ikhlas seratus
persen untuk meninggalkan sang kekasih untuk selama-lamanya (emang mati?)
Lia
memutar otak untuk menyelesaikan polemik yang menimpa dawat. Berbagai cara ia
tempuh. Mulai membawa sahabatnya rekreasi ke kebun binatang, kebun tumbuhan
sampe kebun pak ErTe. Tetapi belum juga menyelesaikan masalah yang timbul di
wajah dawat. Dengan keputusan berat, akhirnya Lia membawa Dawat ke psikiater yang
bermukim tidak jauh dari tempat duduk dawat. Tepat berada tiga bangku di
belakang bangku dawat.
“Ada
masalah apa yang bisa saya bantu?” Tanya Vhe yang ngakunya sebagai psikiater
Profeisonal di kelas X1.
“Teman
saya baru putus dari pacarnya dan perlu solusi untuk selesai dari masalah ini.”
Jawab Lia.
“Hm,
ini masalah berat. Perlu penanganan khusus.” Vhe tampak begitu serius.
“Berapapun
akan saya bayar. Tenang aja. Apa saja akan saya berikan”
“Bayaran
saya nanti es krim vanilla, oke?” Tanya Vhe meminta kesepakatan, Lia mengangguk
setuju.
Vhe
kemudian mengeluarkan beberapa peralatan perawatan pasien. Sebuah senter
berwarna perak cukup besar dengan dua batrai yang juga besar-besar. Pemeriksa
denyut nadi. Sebuah pena dan buku catatan. Vhe memulai aksinya. Ia memeriksa
bagian mata pasien dengan senter. Dawat protes.
“Silau
eui! Senter sebesar gajah gitu di sorot ke mata ku? Becanda aja nih orang.”
Kata dawat sebel. Tetapi Vhe tampak tenang saja. Ia melanjutkan aksinya dengan
memasang alat pengukur denyut nadi ke lengan dawat. Awalnya dawat diam saja.
Namun, setelah sepuluh menit kemudian dawat protes.
“Lho,
kok gak kerasa padet ditangan sih? Jangan-jangan rusak ya?”
“Emang”
jawab Vhe enteng. Dawat emang tambah
sebel. Ke-sebel-an nya udah sampai pada puncak ubun-ubun.
“Oke,
saya sudah dapatkan kesimpulan” Vhe tampak sibuk menulis kemudian memberikan
kertas yang ia tulis tadi kepada Lia. “Nanti anda ikuti petunjuk dari saya,
insyaallah dalam satu minggu penyakit teman anda akan hilang”.
Lia
dengan senang hati menerima surat resep itu. Syukur tulisannya masih bisa
dibaca, tidak seperti tulisan dokter. “Baiklah kita akan mulai” Lia mengangkat
tangannya dengan semangat.
Dawat
merebut catatan dari Vhe dari tangan Lia. Berikut catatan dari Vhe yang ia baca
:
1.
Apakah keputusan untuk
putus sudah tepat? Jika belum yakin, coba jalan-jalan ke tempat yang pernah
kamu kunjungi berdua. Jika kamu masih merindukannya, berarti kamu masih butuh
dia.
2.
Apakah keputusan untuk
putus sudah tepat? Jika belum yakin, coba lihat lagi barang-barang
pemberiannya. Jika kamu kembali teringat padanya, berarti kamu masih sayang
dia.
3.
Apakah keputusan untuk
putus sudah tepat? Jika belum yakin, coba ingat-ingat lagi kebaikan yang pernah
ia berikan pada kamu. Perhatian dan waktu khusus yang ia berikan padamu. Jika
kamu teringat segala kebaikan, perhatian darinya, itu artinya keputusan yang
kamu ambil ini salah total.
4.
Kamu kesal karena setelah
kamu putuskan dia tidak respon? Itu artinya dia marah besar pada keputusanmu.
Apakah kamu tega, setelah dia memberikan saat-saat terbaik untukmu tetapi kamu
sia-siakan? Coba pikirkan baik-baik. Putus dari dia bukanlah keputusan yang
tepat.
Tertanda
psikiater cinta; Vhe! :D
Dawat
protes. Kok jadi begitu obatnya sih? Dawat makin bingung. Lia meraih kertas
tersebut dari tangan dawat.
“Kita coba dulu,
mana tau berhasil” kata Lia dengan penuh semangat.
Bagaimana
kelanjutan kisah dawat? Apakah solusi tersebut bisa menyelesaikan masalah
dawat? Bagi sahabat-sahabat dawat yang belum mantab menentukan pilihan, tunggu
curhatan ala dawat #3 ya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar